Babak Baru Krista
Gak ada hal semacam “lagi pengen sendiri”
--
Tulisan asli: Babak Baru Krista (22 Mei 2016)
Setelah patah hati hebatnya beberapa bulan lalu, Krista jadi orang yang cukup sering ketemuan dan ngobrol dengan saya. Ia bisa bercerita banyak tentang mantannya karena kami semua berteman lama dari sebelum mereka pacaran.
Krista dan saya biasa ngobrol sambil makan di tenda kaki lima atau sesekali di kedai kopi tempat Krista bekerja paruh waktu. Sejam dua jam ngobrol sampai ngalor ngidul di atas sepiring roti panggang cokelat keju atau secangkir kopi jatah gratisan Krista. Ya, saya memang teman yang tidak modal.
Meskipun saya selalu memosisikan diri tidak memihak siapapun dan malah cenderung mengolok-olok mereka, Krista tetap tidak segan bercerita tentang hubungan lamanya dan kehidupannya sekarang. Beberapa cuplikan obrolan kami cukup sering saya muat di blog. Tidak jarang, saya jadi belajar banyak dari cerita dan pemikiran-pemikiran Krista.
Krista sangat tertekan saat ia baru putus. Sering kali ia tiba-tiba saja menelpon (baca: merepotkan) saya dan obrolan dibuka dengan isakan tangisnya. Walaupun biasa berakhir tertawa-tawa karena topiknya sudah jauh entah kemana, besoknya Krista bisa menelpon lagi dengan awalan yang sama.
Karena cukup populer, tidak lama setelah putus Krista suka cerita ia sudah didekati oleh beberapa cowok. Ada yang umurnya terpaut jauh, ada yang hanya berusaha sebentar, dan yang paling sering diceritakan adalah yang paling getol mendekatinya dengan berbagai cara.
“Kasih kesempatan lah, Ta, buat yang baru,” kata saya di beberapa obrolan. Kenangan lama pasca patah hati sepertinya masih membekas di pikiran Krista, sehingga biasanya perkataan saya hanya direspon dengan “nggak tahu ya, Win. Gue merasa lagi pengen sendiri aja.”
“Kasih kesempatan lah, Ta, buat yang baru,” kata saya.
“Nggak tahu ya, Win. Gue merasa lagi pengen sendiri aja.”
Singkat waktu berlalu, Krista akhirnya jadian lagi. Bukan dengan salah satu dari yang disebut di atas, tapi dengan rekan sekantor magangnya. Hal ini membuat “lagi pengen sendiri”-nya jadi ucapan yang hanya berlaku sebulan dua bulan. Mau bilang apa, mungkin memang sudah waktunya menurut Krista.
Tapi yang terjadi sama Krista membuat saya berpikir. Mungkin pada dasarnya manusia selalu butuh orang lain. Gak ada hal semacam “lagi pengen sendiri”. Beberapa mungkin bisa ngomong seperti ini karena orang yang ada di sekitarnya belum jadi orang yang tepat — atau setidaknya bukan sosok yang dibutuhkan saat itu seberapa pun usahanya. Yang paling getol mendekati mungkin cuma berakhir jadi cerita ke teman dekat. Sedih sih rasanya kalo di posisi mereka.
Beberapa hari lalu Krista ulang tahun dan saya bingung mau membelikan kado apa. Buku? Kutu buku macam Krista pasti sudah punya banyak. Akhirnya saat sedang jalan-jalan di toko perabotan asal Swedia, saya putuskan membeli sebuah figura besar yang sepertinya cocok untuk memajang kolase beberapa foto. Sesuatu yang menurut saya pas untuk kebutuhan Krista saat ini. Figura itu langsung saya berikan sepulangnya tanpa sempat dibungkus, hanya saya tempeli selembar kertas polos sobekan brosur.
Di atas selembar kertas itu lalu saya tulis,
“Selamat menyusun kenangan baru,
Selamat ulang tahun!”
—
Tangerang, 22 Mei 2016